Mahasiswa UIN Malang Dampingi Ratusan Difabel Pecahkan Rekor MURI Lewat Batik Ciprat
Siapa yang beranggapan bahwa keterbatasan fisik dapat menghambat kreativitas? Sebuah acara luar biasa yang dilaksanakan di Kota Malang membuktikan bahwa inklusi dan seni dapat berjalan bersamaan dan bahkan mencapai prestasi di tingkat nasional.
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional pada 2 Oktober lalu, sebanyak 594 penyandang disabilitas berkumpul dan berkolaborasi untuk menciptakan batik ciprat raksasa sepanjang 500 meter. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang penampilan kreativitas, tetapi juga berhasil memecahkan Rekor MURI untuk karya batik ciprat oleh peserta terbanyak dari kalangan difabel.
Menariknya, kegiatan ini tidak terlepas dari peran aktif mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya dari Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Integral Matematika. Para mahasiswa ini terjun langsung ke lokasi, mendampingi peserta difabel dari awal hingga akhir proses pembuatan batik.
Peran Mahasiswa: Dari Pendamping Hingga Sahabat
Ketua HMPS Integral Matematika, M. Afif Zaky Zamzami, menyatakan bahwa keterlibatan mereka bukan hanya sekadar membantu secara teknis, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian sosial yang nyata. "Kami ingin belajar sekaligus memberikan ruang yang nyaman bagi teman-teman difabel untuk berkarya. Ini selaras dengan program kerja HMPS kami yang memperhatikan pemberdayaan kelompok rentan," ungkap Afif.
Dengan semangat solidaritas, para mahasiswa membantu peserta menuangkan cipratan warna di atas kain sepanjang 500 meter, menciptakan karya seni kolektif yang menakjubkan. Batik ciprat sendiri adalah teknik membatik yang inklusif, karena tidak memerlukan keahlian menggambar motif secara detail. Cukup dengan kreativitas dan keberanian untuk berekspresi melalui warna.
Lebih dari Sekadar Rekor
Meskipun Rekor MURI menjadi sorotan, nilai paling signifikan dari kegiatan ini terletak pada pesan inklusivitas dan solidaritas. Para peserta, meskipun memiliki keterbatasan fisik, diberikan kesempatan untuk berkontribusi dan menunjukkan bahwa mereka mampu berkarya sejajar dengan siapa pun.
Acara ini juga menunjukkan bahwa kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah daerah, dan komunitas dapat menciptakan dampak yang besar. Pemerintah Kota Malang, Polresta, Kodim 0833, serta UIN Malang bersatu untuk satu tujuan: merayakan kebhinekaan dan kebersamaan dalam bentuk seni.
Inspirasi untuk Kita Semua
Kisah ini bukan sekadar berita tentang rekor, tetapi juga merupakan panggilan bagi kita semua—terutama generasi muda—untuk lebih peka dan terlibat dalam kegiatan sosial yang bermakna. Peran mahasiswa tidak hanya terbatas di ruang kuliah, tetapi juga di tengah masyarakat. Bahkan melalui hal sederhana seperti mendampingi, mendengarkan, dan memberikan ruang, kita dapat menjadi bagian dari perubahan besar.
Bayangkan, hanya dengan cipratan warna, ratusan difabel dapat bersatu, berkarya, dan mencatatkan sejarah. Lalu, kontribusi seperti apa yang dapat kita lakukan hari ini?
Sumber: Jatim NU