"Dua Pena, Satu Dunia"
terinspirasi dari Split Fiction | Oleh Nada Wasilatus Zuhroh
Satu pena menulis logika,
dengan tinta biru baja.
Langkah pasti, tak ada celah,
dunia bergerak dalam angka dan arah.
Satu pena menulis mimpi,
dengan warna yang tak pernah mati.
Langit ungu, naga berbisik,
daun bicara dalam hujan musik.
Mereka bertemu di ruang tak sengaja,
antara jeda huruf dan koma.
Saling curiga, saling menyangkal,
“Duniamu tak masuk akal.”
Tapi langit roboh tanpa logika,
dan mesin bisu tanpa rasa.
Mereka menulis ulang takdir,
bukan sendiri, tapi bersama.
Kini satu pena berbicara dua bahasa,
satu kalimat bisa tajam dan indah.
Karena dunia yang utuh
lahir dari kisah yang bersatu.
Tags
Mathwork